DELAPAN KESALAHAN YANG DAPAT MENGHAMBAT PERUBAHAN SATUAN PENDIDIKAN

Oleh: Dr. M. Fadlillah, M.Pd.I

Sekolah yang berkualitas adalah sekolah yang selalu melakukan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik. Untuk membuat perubahan besar seorang pemimpin sekolah harus senantias membuat terobosan-terobosan baru yang dapat memajukan satuan pendidikan yang dipimpinnya. Apabila kepala sekolah sudah merasa puas dengan capaian selama ini dan warga sekolah sudah merasa nyaman kemudian tidak melakukan tindakan apapun justru yang demikian itu dapat menghambat kemajuan satuan pendidikan. Menurut John P. Kotter (1996) 'Leading Change' ada delapan kesalahan yang sering menghambat perubahan sebuah organisasi, termasuk pendidikan. Hal ini mengakibatkan organisasi pendidikan mengalami kefakuman dan sulit berkembang sesuai yang diharapkan. Adapun kesalahan-kesalahan yang dimaksud sebagai berikut:

1. Membiasakan terlalu puas diri
Sebuah kesalahan terbesar yang dibuat oleh banyak orang ketika ingin mencoba untuk melakukan perbaikan pendidikan ialah terlalu puas diri terhadap hasil yang telah dicapai. Tidak ada usaha yang cukup untuk melakukan berbagai terobosan baru yang dilakukan oleh kepala sekolah, guru, maupun karyawan. Sikap seperti ini merupakan kesalahan fatal, karena transformasi selalu gagal mencapai tujuannya ketika orang-orang merasa puas diri.
Munculnya sikap puas diri ini disebabkan banyak orang yang sudah berada di zona nyama. Mereka kawatir apabila mengikuti perubahan, justru akan mengganggu dan mengusik keberhasilan yang telah dicapai saat ini. Akibatnya, tidak ada usaha-usaha atau gagasan-gagasan baru yang dihadirkan, sehingga membuat perusahaan atau organisasi pendidikan semakin tertinggal seiring dengan adanya persaingan global yang terus-menerus berkembang.
Oleh karena itu, tidak perlu lama-lama dalam menikmati keberhasilan sesaat. Rasa puas diri harus segera dihilangkan dalam pikiran, dan terus berupaya untuk melakukan berbagai perubahan dengan memunculkan ide atau gagasan baru yang cemerlang. Dengan demikian, sebuah organisasi pendidikan, khususnya di Indonesia akan semakin baik kualitasnya, sehingga mampu bersaing di dunia global.

2. Gagal menciptakan koalisi pengarah yang cukup kuat
Perubahan besar-besaran terhadap organisasi pendidikan tidak mungkin dilaksanakan kecuali pemimpin atau kepala sekolah adalah seorang pendorong yang sangat aktif. Pemimpin yang aktif dan mampu memotivasi orang lain, akan dapat menciptakan koalisi pengarah yang cukup kuat. Dengan adanya koalisi yang kuat, maka akan lebih mudah dalam menjalankan visi dan ide-ide baru yang bermanfaat bagi kemajuan pendidikan. Sebaliknya, tanpa adanya koalisi pengarah yang cukup kuat, maka visi dan ide-ide baru tidak dapat dijalankan dengan maksimal. Sebab sedikit atau bahkan tidak ada yang mendukung dengan visi dan ide-ide baru yang ditawarkan untuk perubahan.
Meskipun, usaha-usaha yang tidak memiliki koalisi pengarah yang cukup kuat untuk sementara waktu memang bisa membuat kemajuan yang jelas. Tetapi cepat atay lambat, kekuatan yang menentang akan mengganggu dan merusak inisiatif yang ada, sehingga visi dan ide-ide yang ditawarkan akan musnah di tengah jalan. Jadi apabila seorang pemimpin gagal menciptakan koalisi pengarah yang cukup kuat pada bawahannya, maka perubahan besar akan menjadi terhambat. Oleh karena itu, menciptakan koalisi pengarah yang cukup kuat sangat diperlukan bagi perubahan untuk perbaikan pendidikan jangka menengah.

3. Meremehkan kekuatan visi
Visi sangat berperan penting dalam menghasilkan perubahan besar yang menguntungkan, karena keberadaannya membantu mengarahkan, mebawa, dan memberikan inspirasi bagi banyak orang untuk bertindak. Tanpa adanya visi yang baik, sebuah usaha transformasi akan mudah berubah menjadi daftar proyek yang membingungkan, tidak cocok, dan membuang-buang waktu yang akan mengarah ke tujuan yang salah atau bahkan tidak menyebabkan adanya kemajuan sama sekali. Selian itu, apabila seorang pemimpin tidak mampu mendiskripsikan visi yang mendorong adanya inisiatif perubahan dalam waktu lima menit atau kurang dari itu, dan memperoleh reaksi yang menandakan baik pemahaman maupun minat, berarti seorang pemimpin tersebut mempunyai masalah.
Oleh karena itu, sebuah visi tidak boleh diremehkan, namun harus dideskripsikan dengan langkah-langkah nyata dan dijalankan dengan penuh semangat. Supaya tujuan-tujuan yang termuat dalam visi dapat tercapai dengan baik dan mudah, sehingga mampu membawa perubahan dan perbaikan pendidikan. Hal inilah yang perlu dilakukan seorang pemimpin dalam melakukan perubahan untuk perbaikan pendidikan.

4. Komunikasi visi yang buruk pada faktor sepuluh
Perubahan besar tidak mungkin dilakukan kecuali bila sebagian besar pegawai atau karyawan bersedia membantu dan bersedia berkorban. Tetapi orang tidak akan bersedia berkorban, kecuali mereka benar-benar percaya bahwa transformasi benar-benar dapat dilakukan. Hal ini dapat dilakukan oleh pegawai atau karyawan, manakala ada komunikasi visi yang baik dari pemimpin kepada pegawai atau karyawan di bawahnya. Tanpa adanya komunikasi yang bisa dipercaya, dan sering, hati dan pikiran para pegawai atau karyawan tidak akan pernah bida diajak untuk melakukan perubahan. Hal ini dikarenakan komunikasi visi yang buruk dapat menjadi penghabat dalam mewujudkan sebuah perubahan perbaikan pendidikan.
Dalam konteks ini, tiga pola komunikasi yang tidak efektif, dan sebaiknya ditinggalkan oleh seorang pemimpin dan menajer, yaitu: (1) sebuah kelompok sebenarnya mengembangkan visi transformasi yang cukup bagus dan berlanjut untuk mengkomuniskasikannya dengan mengadakan hanya sedikit sekali rapat atau hanya mengeluarkan sedikit sekali memo; (2) pemimpin organisasi meluangkan banyak sekali waktu untuk berbicara kepada kelompok-kelompok karyawan, tetapi sebagian besar manajernya hanya diam saja; dan (3) lebih banyak usaha dilakukan untuk  pembuatan terbitan berkala dan ceramah-ceramah, tetapi sebagian individu menonjol masih tetap berperilaku anti visi tersebut, dan hasil akhirnya adalah sinisme di antara para karyawan meningkat sementara kepercayaan pada pesan atau ide baru menurun.

5. Membiarkan hambatan menghalangi visi baru
Implementasi setiap jenis perubahan besar memerlukan tindakan dari sejumlah besar orang. Inisiatif-inisiatif beru sering sekali gagal bilamana karyawan – meskipun mereka menganut visi baru – merasa tidak berdaya dengan adanya hambatan-hambatan besar yang menghalangi jalan mereka. Kadang-kadang, hambatan-hambatan tersebut sebenarnya hanya ada dalam pikiran orang-orang saja. Oleh karenya, yang menjadi tantangannya ialah bagaimana meyakinkan orang-orang bahwa tidak ada hambatan-hambatan yang berarti. 
Memang terdapat beberapa hambatan dalam mewujudkan visi baru, misalnya: hambatan berupa struktur organisasi. Kategori pekerjaan yang sempit bisa pula menghambat usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas atau meningkatkan layanan konsumen. Sistem kompensa atau penilaian kinerja memaksa orang untuk memilih antara visi baru dan kepentingan pribadi mereka. Selain itu, para supervisor menolak untuk menyesuaikan diri dengan keadaan baru dan mempunyai tuntutan yang tidak sesuai dengan transformasi.
Oleh karena itu, apabila ingin sukses dalam melakukan perubahan untuk perbaikan pendidikan, segala sesuatu yang menghalangi dan menghambat visi baru tersebut harus disingkirkan. Hal ini dimaksudkan supaya visi baru tersebut dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang telah direncanakan. Kalau perlu mengangkat pegawai baru yang memungkinkan dapat menjalankan visi dengan maksimal.

6. Gagal menciptakan hasil jangka pendek
Dalam sebuah organisasi, termasuk pendidikan sangat perlu menciptakan atau mempunyai tujuan jangka pendek. Sebab transformasi yang besar sesungguhnya memerlukan banyak waktu. Usaha-usaha yang kompleks untuk mengubah strategi atau restrukturisasi mengandung resiko kehilangan momentum apabila tidak ada tujuan-tujuan jangka pendek yang harus dicapai dan dirayakan. Tanpa adanya tujuan jangka pendek yang dihasilkan, akan banyak sekali karyawan yang menyerah atau bahkan secara aktif melakukan penolakan. 
Dalam sebuah transformasi yang berhasil, para manajer secara aktif mencari cara-cara untuk memperoleh peningkatan kinerja yang nyata, menentukan tujuan dalam sistem perencanaan tahunan, mencapai tujuan-tujuan tersebut, dan memberikan penghargaan kepada orang-orang yang terlibat dengan pengakuan, promosi, ataupun uang. Sebaliknya, sebuah transformasi akan mengalami kegagalan, apabila tidak dapat menciptakan hasil jangka pendek. Oleh karena itu, sebagai organisasi pendidikan harus mampu menciptakan tujuan jangka pendek, sebagai upaya meningkatkan dan melakukan perbaikan pendidikan.

7. Terlalu cepat menyatakan keberhasilan
Seringkali seseorang dengan cepat menyatakan keberhasilan setelah beberapa tahun bekerja keras. Padahal terlalu cepat puas diri dan menyatakan keberhasilan dari usaha yang dilakukannya, dapat menjadi malapetaka bagi sebuah organisasi bilamana tidak hati-hati. Menyatakan keberhasilan memang baik, tetapi menduga bahwa pekerjaan tersebut hampir selesai biasanya merupakan kesalahan besar. Artinya, boleh menyatakan keberhasilan sesaat, tetapi jangan berlebihan supaya tetap ingat terhadap perubahan besar yang belum tercapai. 
Sebuah ungkapan menyebutkan bahwa terlalu cepat menyatakan keberhasilan untuk perubahan yang berarti sama halnya seperti terperosok ke dalam lubang galian di jalan. Untuk berbagai alasan, bahkan orang-orang yang cerdas sekalipun tidak saja terperosok ke lubang itu. Kadang-kadang mereka justeru melompat masuk dengan kedua kaki. Jadi intinya, jangan cepat-cepat menyatakan puas diri terhadap keberhasilan yang dicapai, bila ingin mendapatkan perubahan yang jauh lebih besar.

8. Lalai menanamkan perubahan secara kokoh dalam kultur perusahaan
Perubahan hanya akan mengakar apabila perubahan tersebut dapat meresap ke dalam aliran darah unit kerja atau tubuh perusahaan. Namun apa bila lalai dalam menanamkan perubahan secara kokoh dalam kultur perusahan, sudah tentu perubahan besar yang idam-idamkan tidak akan dapat terwujud dengan maksimal.
Faktor yang sangat penting dalam mencanangkan pendekatan-pendekatan baru dalam kultur sebuah organisasi ialah melalui usaha yang dilakukan secara sengaja menunjukkan kepada banyak orang bagaimana perilaku dan sikap tertentu telah membantu meningkatkan kinerja. Inilah pentingnya menanamkan perubahan secara kokoh dalam kultur perusahaan. Supaya semua yang terlibat dalam perubahan memahami betapa pentingnya perubahan demi perbaikan yang jauh lebih meningkat.
Demikianlah delapan kesalahan yang sering kali tidak disadari oleh kita, sehingga mengakibatkan sebuah organisasi sulit mengalami perubahan dan kemajuan. Oleh karena itu, kesalahan-kesalahan tersebut sebisa mungkin dihindari demi menjaga eksistensi organisasi supaya menjadi lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar