Oleh: Dr. M. Fadlillah, M.Pd.I
Pendidikan multikultural adalah suatu bentuk pendidikan yang berusaha melayani semua anak tanpa ada diskriminasi. Semua anak berhak mendapatkan pendidikan tanpa memandang ras, suku, agama, dan kebudayaan. Banks (2005:3) menyatakan:
Multicultural education incoporates the idea that all student regardless of their gender and social class and their ethnic, racial, or culture characteristics ahould have an equal opportunity to learn in school.
Maksudnya pendidikan multikultural berusaha menggabungkan semua anak tanpa membedakan jenis kelamin, kelas sosial, etnis, ras, atau karakteristik budaya. Semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk belajar di sekolah.
Untuk mengimplementasikan pendidikan multikultural di sekolah ada dimensi-dimensi dan pendekatan yang perlu diperhatikan oleh setiap guru. Dalam bukunya Multicultural Education; Issue and Perspective, Banks (2005:20-22) menyebutkan ada lima dimensi dan empat pendekatan dalam pendidikan multikultural. Lima dimensi tersebut yaitu:
§ Content integration
(integrasi konten)
Maksudnya ialah dalam
pembelajaran guru menggunakan contoh dan bagian penting dari berbagai budaya
dan kelompok untuk mengilustrasikan konsep-konsep dasar, prinsip, generalisasi,
dan teori-teori dalam disiplin ilmu.
§ The knowledge construction process
(proses kontruksi pengetahuan)
Maksudnya guru membantu
mengkonstruksikan pengetahuan siswa, sehingga mampu memahami dan menyelidiki
dalam menentuka asumsi-asumsi tentang budaya menurut perspektif masing-masing.
§ Prejudice reduction
(pengurangan prasangka)
Menguraikan pelajaran
dan kegiatan-kegiatan di mana guru membantu siswa mengembangkan sikap positif
terhadap kelompok ras, etnis, dan budaya yang berbeda.
§ An equity pedagogy
(kesetaraan pedagogi)
Maksudnya guru dapat
melakukan analisis terhadap prosedur dan cara pengajaran yang dilakukan untuk
menggambarkan sikap multikultural dengan cara memfasilitasi siswa dari berbagai
ras, budaya, gender, dan kelompok kelas sosial.
§ An empowering school culture
(pemberdayaan budaya sekolah)
Maksudnya pendidikan
multikultural dimaksudkan untuk memberdayakan dan memperkenalkan berbagai
budaya di sekolah, seperti jenis kelamin, ras, maupun berbagai kesenjangan
kelas sosial.
Adapun empat pendekatan pendidikan multikultural, yaitu:
1. Pendekatan
kontribusi merupakan pendekatan pengembangan kurikulum yang dilakukan dengan
memasukkan pahlawan-pahlawan dari suku bangsa/etnis dan benda-benda budaya ke
dalam mata pelajaran yang sesuai. Pendekatan ini dianggap yang paling ringan
dan mudah untuk diimplementasikan dalam pendidikan.
2. Pendekatan
aditif yaitu suatu pendekatan pendidikan multikultural dengan menambahkan
materi, konsep, dan perspektif terhadap kurikulum tanpa mengubah struktur,
tujuan, dan karakteristik dasarnya. Pedengan aditif ini lebih dilengkapi dengan
penambahan buku, modul atau bidang bahasan terhadap kurikulum tanpa mengubahnya
secara substantif.
3. Pendekatan
transformasi berbeda secara mendasar dengan pendekatan kontribusi dan aditif.
Letak perbedaannya yaitu pada pendekatan ini mengubah asumsi dasar kurikulum
dan menumbuhkan kompetensi siswa dalam melihat konsep, isu, tema, dan problem
dari beberapa perspektif dan sudut pandang etnis.
4. Pendekatan aksi
sosial merupakan pendekatan yang paling sulit untuk diaplikasikan dalam
kegiatan pembelajaran. Pendekatan ini mencakup semua elemen dari pendekatan
transformasi, namun menambah komponen yang mempersyaratkan siswa membuat aksi
yang berkaitan dengan konsep, isu atau masalah yang dipelajari dalam unit.
Tujuan utama dari pendekatan aksi sosial ini adalah mendidik siswa melakukan
untuk kritik sosial dan mengajari mereka keterampilan membuat keputusan.
Keempat pendekatan
tersebut merupakan suatu pendekatan yang dapat dijadikan sebagai model dalam
pengembangan pendidikan multikultural dalam berbagai konteks kehidupan manusia.
Dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tersebut akan mempermudah dalam
pengembangan pendidikan multikultural.
Sumber:
Banks, J. A. and Cherry, M. B.
(2005). Multicultural Education; Issues
and Perspectives. New York: John Wiley and Sons.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar